-

Konsep Baru Dapat Uang Melimpah Dari Internet
Didukung sistem anti-gagal. Mudah, murah dan hasil pasti melimpah. Bukan HYIP, Bukan MLM, Bukan skema cepat kaya, [ KLIK DI SINI ]

Cipto Junaedy Ebook, Eksklusif Dalam Bentuk Ebook
Strategi rahasia membeli property (rumah, ruko, tanah, apartemen dan lainnya) TANPA hutang, tanpa KPR, tanpa uang, tidak usah nunggu harga miring, dan TUNAI, [ KLIK DI SINI ]

Script Website Bisnis Investasi Online Lock Vositor
Dengan Script otomatis ini, anda bisa bikin website investasi online, milik anda sendiri. Selanjutnya anda bisa kelola dana investor di bisnis anda, [ KLIK DI SINI ]

Sekolah Bisnis Pengusaha & Internet Marketer
Menjadi pengusaha online itu MUDAH. Tampang pas-pasan juga bisa. Registrasi sebagai free-member sekarang dan dapatkan EBOOK GRATIS, [ KLIK DI SINI ]

informasi bisnis & online opportunity

Selasa, 29 Juni 2010

Prasasti Jambu di Leuwiliang


Berawal dari perjalanan iseng menuju lokasi tambang emas di daerah Pongkor, sepulang dari objek wisata Gua Gedawang, penulis tanpa sengaja membaca papan penunjuk objek wisata Prasasti Batutulis Jambu. Dari literatur yang pernah penulis baca, memang ada petunjuk bahwa terdapat prasasti lain peninggalan kerajaan Tarumanegara yang berkaitan erat dengan Prasasti Ciaruteun.

Hanya saja lokasi dimana objek prasasti itu sebenarnya berada masih dalam tanda tanya besar karena minimnya informasi.
Untunglah dalam perjalanan kali ini berhasil menemukan petunjuk akan keberadaan lokasi prasasti tersebut, terlebih jarak yang tercantum menyatakan angka 700 meter, suatu jarak yang tidaklah jauh.


Sempat bingung untuk memarkirkan mobil mengingat tidak adanya areal parkir, dan jalan yang akan dilalui langsung berupa gang kecil diantara pemukiman penduduk. Akhirnya diputuskan untuk memarkirkan mobil ditepi jalan utama, dan aktivitas perjalanan menuju lokasipun segera dimulai.

Awal perjalanan dimulai dari gang kecil diantara rumah penduduk, kemudian beralih ke areal perkebunan dan sawah. Sering bertanya kepada penduduk setempat akan letak prasasti perlu dilakukan, karena praktis tidak ada lagi penunjuk arah. Untungnya meskipun terkadang berjalan di antara pepohonan, signal GPS masih cukup kuat sehingga bisa dilakukan track record terhadap jalan yang telah dilalui.

Sempat terkejut pula setelah bertanya dimana lokasi prasasti tersebut, seorang ibu petani menunjukkan suatu bangunan yang cukup jauh letaknya dipuncak bukit. Kepalang basah, perjalanan sudah dilakukan maka tidak ada istilah kembali, kecuali setelah sampai ditempat tujuan. Perjalananpun dilanjutkan dan kontur jalan mulai berubah menanjak setiba dikaki bukit. Meskipun sempat tersesat di kebun rumput gajah penduduk, namun akhirnya berhasil juga mencapai tujuan dengan sedikit terengah-engah.

Prasasti Jambu terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Hal yang menggembirakan adalah adanya proses renovasi yang hampir selesai dilokasi tersebut sehingga areal sekitar prasasti terlihat rapi dan tidak ada sampah seperti yang acapkali kita lihat di objek-objek wisata lainnya. Panorama perbukitan dengan hembusan angin dan udara yang sejuk, cukup menjadikan objek wisata ini terasa nyaman dikunjungi.

Sentral objek wisata ini berupa sepasang tapak kaki yang tercetak pada sebuah batu dengan dua baris huruf Palawa, mirip sekali dengan Prasasti Ciaruteun. Bedanya, batu yang digunakan pada Prassasti Ciaruteun adalah batu kali/sungai berwarna hitam sedangkan Prasasti Jambu menggunakan jenis batu yang mirip batuan andesit namun berwarna putih kecoklat-coklatan. Hali lain, asal mula Prasasti Jambu memang terletak di puncak bukit, sedangkan Prasasti Ciaruteun berada di pinggir sungai yang kemudian dipindahkan ke lokasi yang lebih tinggi.

Adapun dua baris prasasti yang tercetak di batu tersebut berbunyi:

"shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam".

Dengan terjemahan menurut Vogel :

"Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya".

Jelas sekali bahwa prasasti itu berisi pemujaan terhadap kehebatan dan kesaktian Raja Purnawarman dalam peperangan-peperangan yang berlangsung pada masa itu.

Kurang lebih dari Prasasti Jambu juga terdapat batu besar yang menurut pemandu setemapt merupakan batu tempat mengasah peralatan perang/pedang dari Raja Purnawarman. Terlihat jelas pada sisi bagian atas dari batu terebut, bekas gesekan dengan benda lain, mirip seperti yang sering kita lihat pada permukaan batu untuk mengasah pisau dapur.

Sayangnya pada sisi-sisi batu ini, banyak sekali dijumpai coretan-coretan yang dilakukan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab akan kelestarian benda purbakala.

Penulis : Silhouette
Lokasi : Pasir Gintung, Leuwiliang, Bogor
Fotografer : Silhouette
Sumber : Navigasi.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar