Perjalanan ke-Taman Nasional Meru Betiri dari arah barat, Jember menuju keselatan kearah Bandealit, tidak dapat dilakukan karena ada jembatan yang runtuh. Perjalanan hanya bisa dilakukan melalui bagian timur, dari kota Jember menuju kearah timur (Banyuwangi) dan sampai dikota Genteng, menuju arah selatan, kekota Jajag, kemudian Pasanggrahan dan Sarongan. Sebenarnya, ada jalan pintas, melalui kota Glenmore, turun kebawah, tetapi kasusnya sama, yaitu, jembatannya runtuh. Untuk mencapai Maru Betiri-Sukamade, kita harus melalui area perkebunan Sungai Lembu dan perkebunan Sukamade Baru. Sampai dipusat informasi Taman Nasional Meru Betiri, yang sangat typical, atau sangat tidak informative, kita dihadapkan pada satu-satunya jalur untuk menuju Meru Beitri (afdeling) Sukamade yang hanya ada satu kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi jalan tersebut, yaitu: beyond comprehension. Meskipun kondisi jalan yang rusak parah, kita terhibur oleh pemandangan yang cukup cantik dari celah-celah pepohonan, kearah tebing-tebing pantai yang curam, tetapi airnya berwarna hijau zamrud. Problem jauh dari pada usai, karena setelah melalui jalan terjal yang penuh dengan batu, kita masih dihadapkan pada pilihan, apakah akan menyebrangi 3 anak sungai yang relative kecil-kecil dengan harus melingkar sepanjang 10 kilometer, atau menyebrangi induk sungainya yangsedalam ban mobil SUV (dengan catatan, kalau tidak banjir) yang hanya sekitar 3 kilometer. Setelah berhasil melalui jalan-jalan yang sulit untuk digambarkan itu, sampailah kita ditaman Nasional Meru Betiri-Sukamade bagian timur (S8.558667 - E113.886850). Dihutan lindung/taman nasional Meru Betiri ini, sampai saat ini, masih ada kontroversi masalah Harimau Jawa yang konon dinyatakan sudah punah beberapa tahun yang lalu, tetapi beberapa naturalist muda Indonesia, sepenuhnya percaya bahwa Harimau Jawa belum melegenda, atau belum punah. Hal ini masih harus dibuktikan dengan mengirimkan contoh rambut yang mereka yakini milik Harimau Jawa, untuk ditest DNA-nya dinegara Amerika. Sampai disana, yang ada hanya kekecewaan, karena berlainan dengan Taman Nasional Baluran yang merupakan padang savanah, Meru Betiri merupakan hutan balantara. Menurut Bapak Sugiyono, jaga-wana yang bertugas disana, cara yang terbaik untuk menjelajah balantara Meru Betiri, adalah dengan cara tracking menembus hutan balantara, dari arah pintu timur Sukamade menuju pintu barat Bandealit. Perjalanan memakan waktu 3 hari 2 malam: malam pertama berkemah diteluk Meru, malam kedua diteluk Bandealit, yang konon luar biasa cantiknya. Dengan mempertimbangkan usia dan berat badan, saya memutuskan untuk berbijaksana dan tunduk pada realitas! Kekecewaan saya ditebus oleh kebaikan sdr. Wayan (Field Supervisor WWF) dan sdri. Asti (Volunteer WWF) dari Fakuktas Study Kelautan Universitas Diponegoro yang sedang melakukan penangkaran (turtle nursery) penyu hijau. Saya diundang untuk melepas tukik-tukik kelaut dan malamnya menyaksikan ibu-ibu penyu hijau (dengan ukuran panjang sekitar 1 meter dan lebar 80 centimeter) yang sedang bertelur. Proses bertelur, sekitar 3.5 jam, dari naik kedarat sampai melaut kembali dari jam 11.00 malam sampai 02.30 dini hari. It cannot be better than that. Saya memilih dikota Kali Baru sebagai “base-camp” atau pusat logistik, dihotel Margo Utomo, suatu resort yang asri dan rasanya kita berada dinegeri Belanda, karena tamu-tamunya hanya orang-orang Belanda yang sedang transit menuju Bali. Menurut para pemandu wisata, turis-turis Belanda sudah nggak mau lagi mengunjungi Meru Betiri-Sukamade, karena kondisi jalan menuju kesana yang sangat parah. Dalam perjalanan kesana, saya hanya berpapasan dengan seorang enthusiast naturalist dari Swedia dan 2 orang researchers dari German. Kita memiliki banyak “nature wonder” tetapi kayaknya nggak pandai mengelola, apalagi memeliharanya secara komersial. Karena keadaan jalan dan hari sudah larut, maka saya memutuskan untuk menginap ditaman nasional Meru Betiri-Sukamade. Sarana penginapan sangat basic tetapi cukup bersih. Listrik hanya dinyalakan pada malam hari, tetapi dipenginapan, tidak diketemukan satupun “colokan listrik” untuk bisa dipakai charging. Jangan terlalu berharap masalah sarana makan, meskipun para ibu pengawas hutan sanggup menyediakan, sebaiknya membawa sendiri. Penulis : mfda Referensi : mfda.web.id, navigasi.net Fotografer : mfda |
-
Konsep Baru Dapat Uang Melimpah Dari Internet
Didukung sistem anti-gagal. Mudah, murah dan hasil pasti melimpah. Bukan HYIP, Bukan MLM, Bukan skema cepat kaya, [ KLIK DI SINI ]
Cipto Junaedy Ebook, Eksklusif Dalam Bentuk Ebook
Strategi rahasia membeli property (rumah, ruko, tanah, apartemen dan lainnya) TANPA hutang, tanpa KPR, tanpa uang, tidak usah nunggu harga miring, dan TUNAI, [ KLIK DI SINI ]
Script Website Bisnis Investasi Online Lock Vositor
Dengan Script otomatis ini, anda bisa bikin website investasi online, milik anda sendiri. Selanjutnya anda bisa kelola dana investor di bisnis anda, [ KLIK DI SINI ]
Sekolah Bisnis Pengusaha & Internet Marketer
Menjadi pengusaha online itu MUDAH. Tampang pas-pasan juga bisa. Registrasi sebagai free-member sekarang dan dapatkan EBOOK GRATIS, [ KLIK DI SINI ]
Didukung sistem anti-gagal. Mudah, murah dan hasil pasti melimpah. Bukan HYIP, Bukan MLM, Bukan skema cepat kaya, [ KLIK DI SINI ]
Cipto Junaedy Ebook, Eksklusif Dalam Bentuk Ebook
Strategi rahasia membeli property (rumah, ruko, tanah, apartemen dan lainnya) TANPA hutang, tanpa KPR, tanpa uang, tidak usah nunggu harga miring, dan TUNAI, [ KLIK DI SINI ]
Script Website Bisnis Investasi Online Lock Vositor
Dengan Script otomatis ini, anda bisa bikin website investasi online, milik anda sendiri. Selanjutnya anda bisa kelola dana investor di bisnis anda, [ KLIK DI SINI ]
Sekolah Bisnis Pengusaha & Internet Marketer
Menjadi pengusaha online itu MUDAH. Tampang pas-pasan juga bisa. Registrasi sebagai free-member sekarang dan dapatkan EBOOK GRATIS, [ KLIK DI SINI ]
Selasa, 29 Juni 2010
Taman Nasional Meru Betiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar