Memasuki jantung Kota Jepara yang dikenal dengan sebutan Kota Ukir rasanya kurang afdol jika tak mengunjungi pantai-pantainya yang indah dan jauh dari polusi udara. Ya, kota kelahiran Raden Ajeng Kartini itu banyak memiliki objek wisata pantai, antara lain Pantai Kartini serta Pantai Tirta Samudra atau yang lebih dikenal dengan nama Pantai Bandengan.
Selain kedua pantai yang telah terkenal itu, pada garis pantai sepanjang 72 km lebih yang dimiliki Jepara, berbagai embrio baru objek wisata pantai bermunculan. Sebut saja Pantai Prawean, Teluk Awur, Ombak Mati, dan masih banyak objek wisata mengandalkan keindahan pantai lainnya.
Pantai Bandengan inilah salah satu yang memesona, karena berpasir putih, berair jernih, serta ombaknya cukup tenang, sehingga sangat bersahabat bagi siapa pun yang ingin bermain dan bersantai, bahkan untuk mandi. Apalagi, lokasi objek wisata itu tak jauh dari pusat Kota Jepara, yakni sekitar 7 km ke arah barat daya. Yang membedakan dengan pantai-pantai lainnya, selain hamparan pasir putih dan airnya yang masih jernih adalah kerimbunan pohon pandan berduri.
Di kawasan itu pula sudah dibangun jalan beraspal beberapa meter dari bibir pantai, sehingga memberi akses bagi pengunjung untuk menembus dan mengitari objek tersebut dengan menggunakan motor atau pun mobilnya. Bagi para pengunjung yang tidak ingin berbasah-basah di pantai, disediakan tempat duduk untuk bersantai di bawah rimbunnya pohon pandan, serta bagi anak-anak ada taman bermain berupa ayunan atau slunturan. Tambahan fasilitas berupa gasebo juga bisa untuk tempat berteduh. Salah satu gasebo ini dibangun Pemkab Jepara medio tahun lalu dan sekarang melengkapi beberapa gasebo yang sudah ada sebelumnya.
Pantai Bandengan dengan airnya yang jernih dan berpasir putih tersebut memang bisa menggoda siapa saja untuk datang. Banyak wisatawan yang datang memang untuk mandi di laut karena kadar garamnya yang tinggi dan dipercaya dapat mengurangi pegal-pegal dan capai.
Selain itu, kondisi pantai yang landai memungkinkan anak-anak tak takut menceburkan diri ke laut. Ada juga yang menyewa kano per jamnya Rp 20.000 untuk ukuran kecil dan yang besar Rp 30.000/jam. Bagi yang menyukai becak air juga ada persewaan. Sementara bagi mereka yang ingin merasakan naik perahu, terdapat 15 perahu wisata yang siap mengantar mereka berputar-putar di sekitar pantai dengan tarif Rp 5.000, atau Rp 10,000 bagi mereka yang ingin diantarkan sampai ke Pulau Panjang (sekitar 15 menit perjalanan dengan perahu).
Untuk memberikan rasa aman bagi pengunjung, lokawisata ini menyediakan tim keamanan, termasuk tim SAR. Tim SAR ini juga melibatkan sebagian besar pemilik perahu wisata. Salah satu hal yang mendapat perhatian bagian keamanan adalah memantau aktivitas pengunjung di laut, baik yang sedang mandi, naik kano maupun yang naik perahu. Yang sedang mandi diingatkan untuk tidak melebihi batas yang telah ditentukan, begitu pula yang sedang naik kano.
Wahana yang sangat baru bagi para pengunjung adalah banana boat dan persewaan kano. Menurut Supriyadi, penyedia jasa kano, alat-alat dayung untuk wisatwan itu didatangkan dari Bali. Dia menyewakan sembilan kanonya, enam berukuran besar dan sisanya berukuran kecil.
’’Penyediaan kano, banana boat, atau kami menyebutnya ’sandal besar’ hanya saat akhir pekan dan musim liburan. Kalau tidak hari libur, pantai ini tergolong sepi. Ini merupakan wahana baru untuk menarik minat wisatawan. Dan respons wisatawan pun sangat positif dengan tambahan persewaan kano, banana boat, dan sandal besar ini. Untuk banana boat ini sewanya Rp 30.000/orang,’’ jelasnya.
Fasilitas lain Pantai Bandengan adalah gardu pandang yang digunakan oleh anggota tim SAR dalam memantau pengunjung. Mereka mengingatkan pengunjung dengan menggunakan megafon manakala ada pengunjung yang mandi melebihi batas yang ditentukan.
Biasanya para wisatawan yang berkunjung tak akan melewatkan waktu senja begitu saja. Seusai menikmati berbagai permainan yang menyenangkan di lokasi pantai hingga menjelang senja, tibalah saatnya menikmati sang surya yang tenggelam di ujung pantai. Panorama sunset inilah yang sangat mengagumkan. Pantulan cahaya matahari yang meredup terlihat di air laut dengan ombak yang tenang. Momentum seperti ini sering diabadikan para fotografer yang kebetulan mampir di Pantai Bandengan Jepara hanya untuk koleksi pribadi atau untuk foto prewedding.
Menurut catatan sejarah, Pantai Bandengan berkaitan dengan kisah RA Kartini. Pantai tersebut merupakan tempat yang menjadi kenangan manis buat putri Bupati Jepara pada masa itu. Ketika kecil, dia sering sekali berwisata ke pantai ini bersama Nyonya Ovink Soer (Istri asisten residen) dan suaminya. Pada saat liburan pertama menjelang kenaikan kelas, mereka mengajak Kartini beserta adik-adiknya Roekmini dan Kardinah untuk menikmati keindahan pantai tersebut. Mereka mencari kerang sambil berkejaran menghindari ombak yang menggapai kaki mereka.
Kepada Kartini ditanyakan apa nama pantai tersebut. Dijawab dengan singkat ’’Pantai Bandengan’’. Selanjutnya Ovink Soer mengatakan, di Holland pun ada pantai yang hampir sama dengan Pantai Bandengan, namanya Scheveningen yang airnya sedikit dingin. Secara spontan Kartini menyela, ’’Kalau begitu kita sebut saja Pantai Bandengan ini dengan Klein Scheveningen.’’
Pantai Bandengan juga merupakan tempat yang pernah mengukir sejarah perjalanan cita-cita Kartini. Di pantai itulah Kartini dan Mr Abendanon mengadakan pembicaraan empat mata yang berhubungan dengan permohonannya untuk belajar ke negeri Belanda, meskipun akhirnya secara resmi permohonannya kepada pemerintah Hindia Belanda ditarik kembali dan biaya yang sudah disediakan diberikan kepada pemuda berasal dari Sumatera yaitu Agus Salim (KH Agus Salim).
Ada juga legenda yang menyebutkan bahwa objek wisata Pantai Bandengan berkaitan dengan asal usul Karimunjawa. Dalam legenda itu disebutkan, karena terdorong rasa prihatin akan perilaku anaknya yang bandel, maka Sunan Muria memerintahkan puteranya yaitu Amir Hasan pergi ke utara menuju sebuah pulau yang nampak ’’kremun-kremun’’ dari puncak Gunung Muria.
Kepergian ini dengan tujuan untuk memperdalam sekaligus mengembangkan ilmu agama. Kelak pulau yang dituju itu dinamakan Pulau Karimunjawa. Dalam perjalanan itu sampailah mereka di pantai yang banyak terdapat paya-paya dan ikan bandeng. Sampai sekarang tempat itu dinamakan Desa Bandengan dan pantai yang terletak di desa itu dinamakan Pantai Bandengan.
Menu Lautnya Bikin Ketagihan
Berwisata di pantai semakin mengasyikkan dengan menikmati dengan kuliner yang berhubungan dengan hasil laut. Jadi setelah beraktivitas mengelilingi pantai dengan panorama yang indah, kurang puas rasanya kalau tidak mencicipi hasil laut yang diolah dengan berbagai macam masakan seperti pindang serani, ikan bakar, kerang rebus, kepiting, dan lainnya. Tak usah jauh-jauh mencari makanan tersebut, sebab di sekitar pantai berjajar warung makan yang menyediakan makanan tersebut lengkap dengan minuman khas kelapa muda yang segar.
Salah satu warung yang cukup terkenal menyediakan menu seafood adalah ikan bakar ’’Bu Sri’’. Di warung milik Hj Sri Astuti (68) itu, semua menu laut disediakannya: kepiting, kerang, ikan patikoli, kakap, cumi-cumi dan tentu saja hidangan khas Jepara, pindang serani. Menu yang terakhir itu lezat disantap saat masakan sedang panas. Kuahnya yang mengundang selera tentu saja menjadi daya pikat tersendiri.
’’Resep kami merupakan resep keluarga turun-temurun. Saya bisa memasak dengan permintaan pelanggan. Mereka ingin bumbu seperti apa, saya siap,’’ ujar sang pemilik yang dalam mengelola usahanya dibantu kedua putranya itu.
Selain telah melegenda karena berdiri sejak 30 tahun silam, pelanggannya banyak, termasuk Bupati Jepara Hendro Martojo. Harganya pun boleh dikatakan murah, dari Rp 45.000/kg hingga yang paling mahal 75.000/kg. Untuk kepiting yang bertelur, harganya mencapai Rp 75.000/kg. ’’Kalau ikan, paling mahal ya patikoli dan kakap merah,’’ imbuhnya.
Saat penulis mencicipi ikan bakar dan pindang serani bikinan langsung warung tersebut, memang benar, rasanya begitu sedap dan pasti bikin ketagihan untuk kembali menikmatinya. Kepedasan sambalnya begitu ’’menyayat’’ lidah dan memeras keringat tubuh ini untuk keluar saking nikmatnya.
Satu lagi keistimewaan warung itu adalah cara mengolah masakannya. Sang pemilik tetap mempertahankan ciri khas warungnya dengan memasak menggunakan kayu bakar, meskipun kayu bakar lebih mahal dibanding gas elpiji. Menurut pelanggan setianya, kalau dibakar dengan kayu, hasil racikan bumbunya lebih meresap dan lebih sedap. Sedangkan untuk membakar, menggunakan batok kelapa bukan arang.
Di objek wisata ini, deretan pedagang kaki lima yang telah ditata sedemikian rapi berjejer. Para pedagang itu sebagian besar warga sekitar Desa Bandengan. Selain masakan segar, ada banyak yang menjual ikan asin. Banyak wisatawan yang membawanya sebagai oleh-oleh.
Perlu diketahui, Pantai Bandengan akan padat dikunjungi pada saat puncak perayaan syawalan atau orang Jepara menyebutnya saatnya Pesta Lomban. Puluhan ribu wisatawan tumpek blek di pantai untuk sekadar menikmati semilirnya angin laut atau mandi laut.
Bertamasya di pantai memang menyegarkan, memiliki keeksotisan tersendiri. Dengan gambaran ini, semoga Pantai Bandengan menjadi salah satu objek wisata yang masuk dalam daftar kunjungan Anda selain Karimunjawa tentunya.
Sumber: SuaraMerdeka
Foto : hianoto, aliefatul, cityguide |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar